Artikel Islam

Kesungguhan Hati Dalam BerIslam

Selasa, 08 September 2009

MEMAKAI EMAS BAGI LAKI-LAKI

MEMAKAI EMAS BAGI LAKI-LAKI

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Ramainya pembicaraan mengenai hukum memakai emas dan sutera bagi laki-laki Muslim, dimana bila kita lihat dari al-Hadis maka disebutkan mengenai keharamannya sedangkan al-Qur'an sendiri sama sekali tidak pernah menyinggung masalah ini. Adalah bijak apabila kita mencoba mengembalikan ini pada latar belakang dan tujuan dari pelarangan pemakaian emas dan sutera itu sendiri.

Bahwa sudah sama-sama kita ketahui bersama, Nabi Muhammad senantiasa bertindak dan memutuskan perkara yang ada didalam kehidupannya berdasarkan petunjuk atau wahyu dari Allah.

Qs. 6 al-an’am : 51

Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan

Qs. 6 al-an’am : 106

Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu

Qs. 7 al-a’raf : 203

Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku

Qs. 10 Yunus : 15

"Datangkanlah al-Qur'an yang lain daripada ini atau gantilah dia". Katakanlah: “Aku tidak punya hak untuk mengubahnya atas kemauanku sendiri sebab aku tidak mengikuti selain dari yang diwahyukan kepadaku. Sungguh, aku takut jika sampai durhaka kepada Tuhanku terhadap azab dihari kiamat.”

Dari beberapa ayat al-Qur'an diatas, maka Nabi Muhammad memang tidak memiliki otoritas apapun dalam menjatuhkan hukum terhadap suatu perkara berdasarkan keinginan atau hawa nafsunya, sebagai contoh bisa kita lihat dalam kasus perseteruan antara istri-istri beliau (dimana atas dasar kecemburuannya semua istri Nabi termasuk 'Aisyah sepakat untuk menjelekkan Maria yang telah melahirkan Ibrahim da dihadapan Nabi), beliau sempat memutuskan untuk mengharamkan madu berdasarkan ijtihadnya pribadi, lalu ayat berikut turun sebagai teguran kepada Nabi atas sikapnya tersebut :

Qs. 66 at-Tahrim 1

Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang sudah Allah halalkan bagimu hanya karena kamu ingin mencari kesenangan hati isteri-isterimu ?

Tentunya kejadian teguran seperti ini akan terulang kembali kepada Nabi apabila beliau terbukti melakukan pengharaman atas apa-apa yang sudah dihalalkan oleh Allah didalam kitab-Nya.

Qs. 16 an-Nahl 116

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.

Semua yang diharamkan oleh Allah tentu memiliki hukum-hukum yang bisa dijelaskan asas dan manfaatnya, misalnya kenapa memakan daging babi atau meminum darah itu haram, toh dari penelitian ilmiah ditemukan berbagai penyakit dan bakteri didalamnya. Contoh lain kenapa dalam surah 60 al-Mumtahanah 10 disebutkan wanita muslimah haram kawin dengan laki-laki kafir karena kecenderungan sifat wanita untuk menurut kepada laki-laki yang dicintainya sehingga dikhawatikan dapat mengembalikan dia kepada kekafiran setelah dia beriman, disamping itu hal inipun akan membuat satu kemelut baru dalam rumah tangganya berkaitan dengan status keagamaan sang anak, akan ada tarik ulur antara Islam dan kafir yang semuanya hanya akan membuat keharmonisan Islam didalam rumah tangga dan masyarakat menjadi kacau dan tidak beraturan.

Dari ini semua kita lihat bahwa semua larangan memiliki tujuan, memiliki argumentasi bagi kemaslahatan pribadi dan umum bukan pelarangan berdasarkan dogmatis yang tanpa dasar. Lalu kembali pada kasus emas dan sutera, inipun bisa ditinjau dari sisi yang sama.

Qs. 7 al-A’raaf 33

Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan dasarnya untuk itu dan mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui"

Kalimat Allah mengharamkan perbuatan yang keji pada ayat diatas berlaku umum sekali, dan semua tingkah laku yang mengarah pada perbuatan keji ini bisa menyebabkan jatuhnya keharaman atas perbuatan tersebut.

Misalnya dalam hal berlebih-lebihan :

Janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. - Qs. 6 Al-An'am : 141

Atau dalam hal menganiaya diri :

Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim - Qs. 3 Ali Imran :140

Kedua hal ini bisa dikiaskan hukumnya pada orang yang bermegah-megahan, memakai perhiasan emas pemata, membeli apa yang sebenarnya sudah lebih dari mencukupi kebutuhan hidupnya sementara banyak orang lain disekitarnya dalam keadaan menderita, jangankan untuk memakai emas, untuk menyalin baju yang dipakaipun kadang harus menunggu hari panas sebab bila cuaca hujan terus bajunya tidak kering dan dia tidak berpakaian, banyak juga masyarakat disekitar kita yang untuk makanpun harus menjadi kuli angkut dipasar, mengayuh becak, hujan panas, siang dan malam dan seterusnya.

Lalu orang-orang yang merokok, menghamburkan uang hanya untuk hal yang sama sekali tidak ada manfaat dan malah sebaliknya begitu banyak hal yang membahayakan dari sisi kesehatan, ini pun bisa dikiaskan sebagai perbuatan zalim atau keji yang bisa saja jatuh haram terhadapnya.

Berdasarkan riwayat beberapa hadis, tampaknya perhiasan emas dan sutera yang ada pada diri Nabi waktu itu merupakan hadiah dari Muqauqis seorang penguasa Mesir yang pernah disurati oleh Nabi untuk memeluk Islam, sebagai bentuk hormat beliau Saw terhadap pemberian Muqauqis, emas dan kain sutera itu dipakainya akan tetapi sikap ini langsung di-ikuti oleh sejumlah sahabatnya yang tingkat sosial ekonominya berkecukupan, tindakan ini membuat Nabi menjadi malu dan gusar, betapa sebagai seorang pimpinan yang seluruh tindak tanduknya menjadi contoh dan panutan oleh semua kalangan dan lapisan masyarakat apa yang diperbuatnya bukanlah hal yang pantas.

Kita pun tahu bahwa disekeliling Nabi banyak tinggal orang-orang susah, hidup dimasjid dan ditanggung oleh sahabat-sahabat yang mampu (misalnya dalam hal ini kita contohkan Abu Hurairah), lalu bagaimana kiranya perasaaan orang-orang tersebut melihat Nabi memakai perhiasan yang begitu mewah yang bahkan tidak mampu mereka kenakan meski dalam mimpi dan angan-angan mereka ?

Karenanya kita juga dapati dalam riwayat lain bahwa Nabi akhirnya menyerahkan pakaian mewah itu kepada menantu sekaligus orang paling dekat dengan dirinya yang sudah dianggapnya saudara bagaikan Harun dan Musa :

Dari Ali bin Abi Talib r.a. berkata: 'Dihadiahkan kepada Nabi Saw sepasang pakaian yang bersulam dengan sutera dan emas, lalu ia kirimkan kepadaku lalu akupun memakainya, tapi aku lihat kemarahan pada wajah Nabi Saw, lalu ia bersabda : 'Sesungguhnya aku tidak mengirim pakaian itu kepadamu untuk engkau pakai, tapi aku kirim itu agar engkau potong-potong sebagai kudung untuk dibagikan diantara perempuan-perempuan' - Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim

Dengn demikian, apa yang kita dapati dari sejumlah hadis mengenai keterlarangan memakai emas dan sutera bisa kita paralelkan dengan yang termaktub dalam surah al-a'raaf ayat 203 tadi.

Pertanyaan selanjutnya, kenapa hukum tersebut tidak disebutkan secara transparan didalam al-Qur'an ?

Jawabannya karena ayat-ayat al-Qur'an sendiri terdiri dari dua kategori, yaitu Muhkamat dan Mutasyabihat.

"Dia-lah yang menurunkan Kitab kepada kamu. Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi al-Qur'an, dan yang lain mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah /perselisihan/ dan untuk mencari-cari pengertiannya, padahal tidak ada yang mengetahui pengertiannya melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya. Katakanlah:"Kami beriman kepada yang semua ayat-ayatnya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang yang mau memikirkan." - Qs. 3 ali Imron :7

Ada hal-hal tertentu yang memang memerlukan kajian dan analisa secara mendalam, baik melalui kias ataupun berdasarkan ilmu pengetahuan modern, sesuai dengan ayat tersebut diatas bahwa ayat-ayat Mutasyabihat hanya bisa dimengerti oleh orang yang mendalam ilmunya dan bagi mereka yang mau berpikir.

Berpikir tidak hanya yang bersifat tekstual tersurat namun juga berpikir mengenai ayat-ayat yang tersirat dibalik yang tersurat tadi.

Oleh sebab itu kenapa misalnya kita tidak melihat adanya hukum yang mengatur mengenai Polyandri sementara al-Qur'an sendiri mengatur dan membicarakan masalah Polygami atau kenapa juga misalnya tidak dijelaskan secara detil pencurian yang bagaimana yang harus dihukum potong tangan apakah itu mencuri dalam skala besar atau mencuri hanya karena faktor lapar dan terpaksa ...dan seterusnya dan sebagainya.

Ada banyak sekali hal-hal yang memang harus dipelajari secara lebih dalam dari ayat-ayat al-Qur'an, terkadang suatu hukum itu tidak tercantum dalam ayat yang Muhkamat akan tetapi bisa kita tetapkan dengan hukum-hukum kias yang termasuk dalam Mutasyabihat, dan disinilah letak fleksibelitas al-Qur'an. Saat ada permasalahan-permasalahan baru yang timbul karena faktor kemajuan jaman, dia akan tetap bisa uptodate dan mengeluarkan fatwa-fatwanya.

Misalnya lagi tentang hukum merokok, hukum 'goyang inul', hukum perbankan

Lalu sekarang ada juga pertanyaan, kenapa justru emas itu hanya diharamkan bagi laki-laki saja dan tidak bagi wanita ?

Dari Abu Musa, bahwa Nabi Saw bersabda : Dihalalkan emas dan sutera bagi perempuan-perempuan dari umatku; dan diharamkannya atas laki-laki dari ummatku' - Riwayat Ahmad, Nasa'i dan Tirmidzi mengesahkannya

Dari Umar ia berkata : Aku mendengar Nabi Saw bersabda : Janganlah kamu memakai sutera, karena sesungguhnya barangsiapa memakainya didunia maka ia tidak akan memakainya diakhirat. - Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim

Secara sempit, peranan dari laki-laki adalah pemimpin kaum wanita dalam rumah tangganya, namun secara lebih luas, laki-laki juga adalah pemimpin umat dalam skala luas (rumah tangga yang lebih besar), itu sebabnya juga semua Nabi didalam Islam adalah laki-laki.

Laki-laki yang hidupnya bergelimang kemewahan cenderung akan membawa keluarganya pada kekufuran, sementara wanita yang memakai perhiasan mewah adalah sudah menjadi salah satu tabiatnya, fitrahnya seperti itu, senang pada hal-hal yang indah dan materialistik, tetapi ini juga sebenarnya memiliki batasan-batasan tertentu dari Allah, misalnya :

Dan janganlah mereka menghentakkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. - Qs. 24 an-Nuur :31

Kisah Qarun yang dijadikan contoh oleh al-Qur'an kiranya cukup memberikan pelajaran dan hikmah kepada kita mengenai kebiasaan hidup bermewah-mewahan dikalangan laki-laki.

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. -Qs. 9 at-Taubah :20

[+/-] Selengkapnya...

DOA SETELAH SHOLAT, QUNUT & SALAMAN

DOA SETELAH SHOLAT, QUNUT & SALAMAN

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

1. Dzikir dan doa bersama setelah sholat itu benar gak sih?
2. Jabat tangan setelah sholat boleh gak?
3. Mengangkat tangan waktu i'tidal(seperti waktu baca doa qunut)?

Jawaban :

Melakukan dzikir secara berjemaah selepas Sholat tidak saya jumpai dalam sunnah Rasulullah, namun benar bahwa pada masanya Beliau memiliki bacaan-bacaan doa yang sering diucapkan selepas sholat namun itu tidak dilakukan secara berkelompok atau beramai-ramai, dengan kata lain Beliau melakukannya sendirian, tidak ada yang menjadi imam dan tidak pula makmum atas orang lain.

Contoh bacaan-bacaan beliau :

Allahummaghfirli maa qoddamtu wama asrortu wama a'lantu wama asroftu ...dst (Riwayat Tirmidzi dari Ali bin Abu Thalib)

Laailaahaillallahu wah dahulasarikalahu lahulmulku walahulhamdu ...dst (Riwayat Ahmad dan Muslim dari Abdullah bin Zubair)

Allaahumma antassalamu waminkassalamutabarokta yazaljalali wal ikrom (Riwayat Muslim dari Tsauban)

Dalam satu pengajarannya kepada Abu Bakar, Nabi menganjurkannya membaca doa berikut setelah salam pada sholat :

Allaahumma inni zholamtu nafsi zulman katsieraa ... dst (Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim)


Adapun kebiasaan Nabi yang lain selepas sholat adalah :

1. Mempersilahkan kaum wanita keluar lebih dahulu

Telah berkata Ummi Salamah : bahwa Rasulullah Saw apabila habis memberi salam, berdirilah perempuan-perempuan (untuk keluar masjid) sementara Rasulullah diam ditempat sholat sebentar. Kami rasa Wallahu a'lam yang demikian itu supaya perempuan-perempuan keluar (lebih dulu) sebelum laki-laki. - Hadis Riwayat Ahmad dan Bukhari

2. Selepas salam langsung membalikkan badan kepada makmum

Dari Samurah, ia berkata : Adalah Rasulullah Saw apabila selesai sholat, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami - Riwayat Bukhari

Dari Yazied bin Al-aswad ...Nabi sholat subuh bersama kami, kemudian setelah salam sambil duduk beliau menghadapkan mukanya kepada manusia ... Riwayat Ahmad

3. Selesai salam langsung berdiri

Telah bekata Anas : Saya biasa sholat dibelakang Nabi Saw, maka adalah Nabi diwaktu memberi salam terus berdiri.
- Hadis Riwayat Abdurrazaq

Lalu apakah berdoa secara berjemaah tidak boleh dikerjakan ? Sesungguhnya perbuatan ini baik namun memang tidak ada sunnah yang bisa dijadikan acuan. Jadi kembali kekitanya saja, mau ikut berdoa bersama-sama ya silahkan, mau berdoa sendiri-sendiri juga silahkan atau mau langsung keluar dari masjid pasca salam pun dibenarkan.


Perihal Qunut, menurut riwayat yang ada bahwa Rasulullah mengerjakannya dalam kasus-kasus tertentu saja.

Telah berkata 'aashim bin Sulaiman : kami pernah bertanya kepada Ans : Bahwa ada satu golongan berkata jika Nabi Saw tidak putus mengerjakan qunut di subuh. Jawab Anas : mereka berdusta, Nabi pernah berqunut hanya sebulan, yaitu beliau mendoakan balasan atas kaum musryikin. - Riwayat Khatieb

Telah berkata Anas : Bahwasanya Rasulullah Saw pernah qunut sebulan, sesudah ruku' disholat subuh yaitu beliau mendoakan kehancuran Bani 'Ushaiyah - Riwayat Muslim

Telah berkata Ibnu Abbas : Rasulullah Saw pernah qunut sebulan berturut-turut di zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh, diakhir masing-masing sholat. Setelah ucapan : Sami'allahuliman hamidah, yaitu diraka'at yang terakhir, beliau mendoakan kecelakaan kaum Ri'il, Dzakwan dan 'Ushaiyah dari kaum Bani Sulaim, dan makmum dibelakang beliau mengaminkannya - Riwayat Abu Daud

Jelas bahwa qunut memang pernah dilakukan oleh Nabi dan dalam kasus diatas beliau melakukannya untuk meminta balasan kepada Allah atas sejumlah kaum yang telah membunuh juru dakwah yang dikirim oleh Nabi kepada mereka untuk menyeru Islam.

Contoh lain :

Telah berkata Ibnu Mas'ud : ... Sesungguhnya Rasulullah Saw apabila berperang beliau melakukan qunut didalam semua sholatnya, yaitu berdoa kekalahan kaum musrikin. Abu Bakar dan Umar tidak pernah qunut hingga wafatnya; dan Ali tidak juga berqunut selain ketika beliau berperang dengan orang-orang Syam dan adalah qunut beliau itu disetiap sholat.
Riwayat Hakim dan Thabaranie

Jadi ringkasnya, qunut boleh saja dikerjakan apabila memang kita menghadapi suatu permasalahan yang pelik dan malah mengancam jiwa ataupun persatuan umat.

Dalam hal jabat tangan usai sholat, rasanya belum pernah saya temukan didalam sunnah, menurut saya ini hanya sekedar tradisi saja, tidak ada contoh dari Nabi dan keluarga serta para sahabatnya.

Apakah bersalaman tidak boleh dilakukan karena tidak ada contohnya ? Tidak demikian kiranya, hal ini tidak termasuk bagian dalam ibadah pokok karenanya tradisi tersebut tetap boleh dilakukan selama memang ada kebaikan didalamnya.

[+/-] Selengkapnya...

Beda Nabi dan Rasul?

BEDA NABI DAN RASUL

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para Nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. 33:40)

"Nabi-nabi itu adalah bersaudara yang bukan satu ibu, ibunya bermacam-macam, namun agamanya satu." (HR. AlSaikhan dan Abu Daud)

Rasulullah Saw bersabda : 'Sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama: Aku Muhammad, Aku Ahmad , Aku yang penghapus karena aku, Allah menghapuskan kekafiran, Aku pengumpul yang dikumpulkan manusia dibawah kekuasaanku dan aku pengiring yang tiada kemudianku seorang Nabipun.' (Bukhari dan Muslim, Kitab-ul-Fada'il, Bab: Asmaun-Nabi; Tirmidhi, Kitab-ul- Adab, Bab: Asma-un-Nabi; Muatta', Kitab-u-Asma in-Nabi, Al- Mustadrak Hakim, Kitab-ut-Tarikh, Bab: Asma-un-Nabi.)

"Hubunganku dengan kenabian sebelumku seperti layaknya pembangunan suatu istana yang terindah yang pernah dibangun. Semuanya telah lengkap kecuali satu tempat untuk satu batu bata. Aku mengisi tempat tersebut dan sekarang sempurnalah istana itu."
(HR. Bukhari dan Muslim)

"Aku diutus oleh Allah untuk menyebarkan wahyu-Nya kepada seluruh dunia. Dan garis kenabian berakhir pada ku." (Muslim, Tirmidzhi, Ibnu Majah)

'Abdur Rahman bin Jubair berkata: "Aku mendengar Abdullah bin 'Amr ibn-'As meriwayatkan bahwa suatu hari Nabi Saw keluar dari rumahnya dan berkumpul bersama kami. Sikapnya menunjukkan kegelisahan hatinya seolah beliau akan meninggalkan kami." Beliau bersabda, "Aku Muhammad, Nabi Allah yang ummi' dan kalimatnya tersebut diulang sebanyak tiga kali. Lalu dilanjutkannya: "Tidak akan ada Nabi lagi setelah aku !" (Musnad Ahmad, Marwiyat'Abdullah bin Amr ibn'-As.)

Nabi Saw bersabda: "Jika saja ada Nabi sesudah aku, tentulah dia adalah Umar Bin Khatab."
(Tirmidzi)

Dari Sa'd bin Abi Waqqas r.a.
Nabi Saw berkata kepada Ali r.a [dalam perang tabuk]: "Antara aku dengan engkau laksana hubungan antara Musa dan Harun, tetapi tidak ada nabi lagi sesudahku." (Bukhari dan Muslim)

Thauban meriwayatkan: Nabi Saw berkata: "Akan datang tiga puluh pendusta didalam umatku yang masing-masing dari mereka akan mengatakan kepada dunia bahwa dia adalah seorang Nabi, tetapi aku adalah garis terakhir dari kenabian dan tidak akan ada Nabi lagi setelahku." (Abu Dawud, Kitab-ul-Fitan)

Nabi Saw bersabda: "Diantara Bani Israel yang datang sebelum kalian telah membuat persekutuan dengan Tuhan sekalipun mereka bukan Nabi-nabiNya. Jika saja akan ada Nabi sesudahku dari kaumku maka tentulah dia adalah Umar Bin Khatab." (Bukhari)

Nabi Saw: "Tidak akan ada Nabi sesudahku dan tidak akan ada Nabi baru lagi pada jemaah yang diikuti siapa saja." (Baihaqi dan Tabarani)

Nabi Saw bersabda: "Aku adalah garis terakhir dari kenabian Allah dan masjidku adalah masjid terkahir [Ini merefer kepada Masjid yang didirikan oleh Nabi Saw]." (Riwayat Muslim)

Pada ayat 33:40 diatas yang juga ditunjang oleh beberapa hadistnya yang saya kemukakan diatas Rasulullah dikatakan sebagai Nabi terakhir [Khataman Nabiyyin] bukan penutup para Rasul.

Kenapa demikian ?
Apa sih beda Nabi dan Rasul itu ?

Sampai hari ini saya tidak berani mengatakan bahwa Muhammad Saw adalah penutup para Rasul, melainkan penutup para Nabi.

Baiknya saya kemukakan dahulu berbagai ayat suci yang daripadanya dapat diambil kesimpulan untuk pengertian kedua istilah Nabi dan Rasul itu.

6/130.
Hai masyarakat Jin dan Manusia ! Apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari jenis kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari [kiamat] ini ?
Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka membuktikan atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.

Ayat suci ini membuktikan bahwa Rasul itu bukan saja terdapat pada masyarakat manusia, malah juga ada pada bangsa Jin yang memang keadaannya bersamaan dengan manusia seperti tersebut pada ayat 55/33 dan 72/11 jo. 46/29.

22/75
Allah memilih dari malaikat selaku Rasul-rasul begitupun dari manusia; Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

42/51
Dan tiadalah seseorang yang Allah berkata-kata padanya kecuali dengan wahyu atau dari balik tabir [Hijab] atau Dia utus Rasul [malaikat] lalu dia berwahyu dengan ijin-Nya apa-apa yang Dia kehendaki, bahwa Dia maha Tinggi lagi Bijaksana.

43/80
Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia mereka dan bisikan mereka ?
Sebenarnya Rasul-rasul Kami ada pada mereka menuliskan.

Ketiga rangkaian ayat suci ini secara terang menyatakan bahwa malaikat juga ada yang dinamakan Rasul dengan tugas menyampaikan. Tugas ini memang terkandung pada maksud ayat-ayat dibawah ini:

5/99
Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.

7/35
Wahai Bani Adam, jika datang padamu Rasul-rasul dari kaummu menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka siapa yang insyaf dan berbuat shaleh akan tiadalah ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka itu berduka cita.

21/25
Dan tidaklah Kami utus sebelum engkau seorang Rasul kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa Tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku.

Walau begitu, adapula Rasul yang tidak diterangkan yang masa hidupnya mungkin sebelum Muhammad atau juga sesudahnya. Penjelasan ini terkandung didalam :

4/164
Dan ada Rasul-rasul yang sungguh telah Kami ceritakan mereka padamu dulunya, dan ada pula Rasul-rasul yang tidak Kami ceritakan mereka kepadamu...

Dalam pada itu, pada setiap bangsa diutus Allah Rasul yang menyampaikan ayat-ayatNya malah tidak suatu bangsa yang disiksa Allah didunia kini kecuali telah ada Rasul pada bangsa itu yang menyampaikan hukum Allah dengan bahasa kaum itu sendiri.

3/101
Dan kenapa kamu kafir karena dianalisakan ayat-ayat Allah sementara padamu ada Rasul-Nya? Dan siapa yang berpegang kepada hukum Allah maka dia diberi petunjuk kepada tuntunan yang kukuh.

10/47
Dan bagi setiap ummat itu ada Rasul, ketika datang Rasul mereka maka terlaksanalah diantara mereka secara efektif dan mereka tidak dizalimi.

14/4
Dan tidaklah Kami utus seorang Rasul kecuali dengan bahasa kaum itu sendiri agar dia menerangkan pada mereka, dan siapa yang sesat maka Allah menyesatkan orang yang Dia kehendaki dan menunjuki orang yang Dia kehendaki. Dan Dia mulia, Bijaksana.

17/15
Siapa yang dapat petunjuk maka dia mendapat petunjuk itu untuk dirinya, dan siapa yang sesat maka dia menyesatkan dirinya, dan tidaklah dia menanggung kesalahan orang lain. Dan tidaklah Kami menyiksa hingga Kami bangkitkan seorang Rasul.

28/59
Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan negri hingga Dia bangkitkan pada kaumnya seorang Rasul yang menganalisakan kepada mereka ayat-ayat Kami, dan tidaklah Kami membinasakan negri itu kecuali penduduknya zalim.

Banyak sekali ayat suci yang senada dengan ayat 17/15 ini diantaranya ayat 17/58 dan 6/65, tetapi semua itu menjelaskan bahwa siksaan tersebut bukan berlaku sebelum periode Muhammad Saw saja malah juga sesudah wafatnya beliau.

Ayat 28/59 membuktikan bahwa sebelum penduduk sebuah negri itu disiksa [diazab] lebih dahulu diutus oleh Allah seorang Rasul kepada mereka dan ayat 10/47 menjelaskan bahwa pada setiap umat ada Rasul dikuatkan oleh ayat 14/4 dengan ketegasan bahwa Rasul itu menyampaikan hukum Allah.

Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah /hukum-hukum/ Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. 65:12)

Ayat 65/12 diatas juga menyebutkan bahwa selain planet bumi kita ini, telah diciptakan oleh Allah Azza Wajalla bumi-bumi lainnya didalam kawasan semesta raya-Nya. Dan sejenak mari kita melihat pula ayat 42/29 dibawah ini :

Dan diantara ayat-ayatNya adalah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk hidup yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (QS. 42:29)

Allah telah menciptakan banyak planet-planet dan juga planet bumi dalam semesta-Nya, dan Allah pun telah menyebarkan makhluk-makhluk hidup-Nya kepada keduanya, sekarang apakah yang dimaksud dengan makhluk hidup itu menurut kriteria Qur'an ?

"Dan Allah telah menciptakan semua jenis makhluk hidup dari Almaa', diantara mereka ada yang berjalan atas perutnya /melata/, dan dari mereka ada yang berjalan atas dua kaki serta dari mereka ada yang atas empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, karena sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu."
(QS. 24:45)

Jadi jika kita menghubungkan antara ayat 65/12 dengan 42/29 dan 24/45 jo. 6/130 maka didapatilah kesimpulan bahwa untuk planet-planet bumi yang lainnya dimana terdapat kehidupan disana maka disana pun perintah atau hukum-hukum atau ketetapan-ketetapan Allah akan berlaku sebagaimana yang diperlakukan-Nya diplanet bumi kita ini.

Jadi, mengikuti kriteria AlQur'an ini ... pada planet bumi lainnya yang juga memiliki manusia, binatang dan sebagainya maka Allah mengirimkan para Nabi dan Rasul-Nya yang mengibarkan bendera Tauhid, bahwa Tiada Ilah selain Allah.

itu adalah satu kepastian dari Qur'an sendiri dan tidak bisa dibantah.
Tetapi sekarang, bagaimana mengaitkan hubungan antara fungsi KhatamanNabiyyin Muhammad Saw dengan Rahmatan lil'alamin-nya ?

Kita sebelumnya sudah membahas bahwa Muhammad itu adalah penutup para Nabi/akhir dari segala kenabian tetapi beliau Saw bukanlah penutup para Rasul.
Rasul dalam bahasa Arab berarti utusan.
Rasulullah artinya utusan Allah.

Dan sesuai dengan ayat-ayat Qur'an yang diketengahkan pada bagian awal bahwa malaikat itu juga adalah Rasulullah, sebab mereka adalah utusan-utusan atau pesuruh Allah yang memiliki tugas masing-masing, seperti mencatat perbuatan baik dan buruk, menurunkan wahyu dst.

Dengan wafatnya Nabi Muhammad Saw maka berarti putus sudah wahyu kenabian untuk Bani Adam, karena seluruh ajaran-Nya telah disempurnakan pada masa Muhammad Saw. Tidak ada yang perlu ditambah atau dikurangi lagi, semuanya telah lengkap dan sempurna.

Selanjutnya Allah akan terus mengirim Rasul-rasulNya, baik itu berupa malaikat atau juga manusia. Ingat .... tidak pernah ada malaikat ataupun Jin dinisbatkan oleh Allah dalam AlQur'an sebagai Nabi melainkan hanya sebagai Rasul alias pesuruh alias utusan karena pangkat kenabian hanya ada pada manusia dan itu telah diakhiri oleh Rasulullah Muhammad Saw.

Jadi dari sana dapat disimpulkan bahwa Rasul adalah yang bertugas menyampaikan hukum Allah, ada yang menerimanya langsung dari Allah seperti para Nabi dan malaikat tetapi ada pula yang menerimanya tidak langsung dari Allah tetapi perantaraan AlQur'an yang disampaikan oleh Nabi Saw selaku Nabi terakhir. Nabi adalah manusia yang menerima petunjuk Allah secara langsung kemudian menyampaikan hukum Allah itu kepada manusia lain selaku Rasul.

Sekarang ... Rasul yang bagaimana yang akan ada pada umat Muhammad Saw ini ?
Untuk itu Nabi Saw bersabda :


Nabi Saw bersabda: "Allah tidak akan mengirimkan Nabi lagi sesudahku, tetapi hanya Mubashshirat" Dia menukas: Apakah al-Mubashshirat tersebut ?. Lanjutnya : Mimpi yang baik serta petunjuk yang benar.". (Musnad Ahmad, Marwiyat Abu Tufail, Nasa'i, Abu Dawud)

Dari Abu Hurairah ia menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah SWT akan mengirimkan untuk ummat ini pada permulaan setiap seratus tahun seorang Mujaddid yang akan memperbaharui agama." (Musnad Abu Dawud)

Jadi jika selama ini ada pendapat yang menyatakan bahwa Nabi dan Rasul adalah sama atau juga bahwa setiap Rasul itu sudah pasti Nabi tetapi setiap Nabi belum tentu Rasul menurut saya keliru berdasarkan ayat-ayat Qur'an dan Hadist-hadist yang saya kutip dibagian atas.

Jadi sekali lagi .... yang akan ada ditengah-tengah umat dan menjadi Rasul Allah sepeninggal Nabi Muhammad Saw itu bukan Rasul dalam pengertian Nabi melainkan Rasul alias utusan dalam pengertian Mujaddid dan juga mereka-mereka yang tergolong kedalam Al-Mubashirat yang akan menuntun umat Islam menuju kepada pemahaman, penganalisaan serta penafsiran yang benar sesuai dengan konteks jamannya, mengikuti apa-apa yang tercantum didalam AlQur'an.

Dengan begitu, seorang ulama yang berdakwah kesatu pedalaman yang belum pernah mengenal ajaran Islam, dia bisa juga disebut seorang Rasul, seorang penyampai ajaran Allah. Seorang pemikir, cendikiawan Muslim, pembaharu agama pun syah-syah saja disebut sebagai Rasul selama apa yang diajarkan dan yang disampaikan mereka tidak bertentangan dengan al-Qur'an, Sunnah dan logika yang sehat.

Sekarang kita kembali kepada hubungan antara fungsi KhatamanNabiyyin Muhammad Saw dengan Rahmatan lil'alaamin Muhammad Saw.

Apa itu 'Alaamin ?
Ada penterjemah yang mengartikannya dengan "seluruh alam" dimana termasuk semua ciptaan, berbentuk bintang, planet, bulan dan yang ada padanya. Adapula yang mengartikannya sebagai "segala makhluk", tetapi maksudnya bersamaan dengan "segala alam" dimana terdapat benda hidup dan benda jumud yang tak pernah memiliki ruh.

Semuanya saya anggap memiliki kebenaran, tetapi ada yang perlu ditambahkan ... bahwa arti 'Alaamin itu juga bisa sebagai "Seluruh manusia", yaitu manusia yang hidup diplanet bumi dan diplanet-planet lain dalam daerah semesta raya seperti yang dimaksud pada ayat 45/36.

"Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam."

Hal ini ditandai dengan keterangan Ayat-ayat suci lainnya yang mengandung istilah 'Alaamin dimana dinyatakan "pemikiran bagi 'Alaamin" seperti pada ayat 6/90, 12/104, 38/87, 68/52, 81/2 dan dinyatakan sebagai "pertanda bagi 'alaamin" termuat pada ayat 21/91 dan 21/15. Juga dinyatakan "petunjuk bagi 'alaamin" tercantum pada ayat 3/97 dan dinyatakan sebagai "peringatan bagi 'alaamin" termaktub dalam ayat 25/1, dan dinyatakan juga "dalam dada 'alaamin" tertulis pada ayat 29/10.

Semua itu menyatakan bahwa istilah 'Alaamin berarti juga "seluruh manusia" yang memiliki dada, diberi peringatan, diberi petunjuk dan diberi pertanda untuk perhatian mereka agar mau tunduk dengan hukum-hukum Allah.

Jadi jika Muhammad disebut-sebut sebagai Rahmatan Lil'alaamin maka itu juga berarti Muhammad merupakan pembawa teladan, contoh, petunjuk yang harus diikuti oleh seluruh bangsa manusia dimana saja mereka berada dalam kawasan semesta raya.

Muhammad melalui wahyu Qur'an-nya adalah pintu gerbang ilmu pengetahuan dunia dan akhirat yang menjelaskannya kepada masyarakat Manusia dan Jin.

AlQur'an menyatakan :

"Hai masyarakat Jin dan Manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat melakukannya kecuali dengan sulthan".
(QS. 55:33)

Sulthan adalah kekuatan, ilmu pengetahuan, tekhnologi, kemampuan dan sebagainya.

Dan dalam banyak ayat-ayat-Nya Allah pun mengajarkan kepada manusia untuk melakukan pengenalan terhadap alam semesta sebagai bukti atau tanda-tanda kebesaran dan ketauhidan Allah Azza Wajalla.

"Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
(QS.3:191)

"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada pelajaran bagi kaum yang mau memikirkan."
(QS. 45:13)

Banyak lagi ayat-ayat Qur'an lainnya yang isinya bernada sama dengan dua ayat diatas, semua itu ditujukan kepada seluruh masyarakat manusia dan juga masyarakat Jin yang akhirnya sebagai refleksi atau contoh teladannya telah dilakukan sendiri oleh Nabi Muhammad Saw dalam berbagai laku hidupnya.

"Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi orang yang beriman kepada Allah dan [percaya kepada] hari kemudian serta banyak menyebut Allah."
(QS. 33:21)

Bagaimana pula seorang pengemban risalah Allah, seorang pendakwa, seorang pemimpin umat dan sekaligus juga sebagai Nabi yang dimuliakan hanya mampu berkata namun tidak mampu melaksanakan apa yang dikatakannya ?

Untuk itu Allah telah menjadikan Muhammad Saw sebagai contohnya.
Nabi Muhammad memfatwakan agar orang mau memperhatikan alam sekitarnya, memikirkan penciptaan langit dan bumi serta menganjurkan umatnya untuk mencari "sulthan" agar dapat melintasi seluruh penjuru langit dan bumi ... itu karena beliau sudah melakukannya sendiri pada peristiwa Mi'rajnya ke Muntaha, sebagai planet terjauh dan mungkin merupakan planet terpinggir dalam semesta raya dengan pertolongan Allah.

Kekuatan atau sulthan yang ada pada Nabi Saw diberikan berupa Buraq, yang menurut hemat saya sebagai pesawat antariksa tercepat dan tercanggih.

Muhammad bercerita tentang pedagangan yang jujur .... itupun telah dilakukannya dalam hidup kesehariannya hingga bahkan beliau dijuluki oleh masyarakat sebagai Al-Amin.
Dan banyak lagi hal-hal lainnya yang merupakan refleksi dari Rahmatan Lil'Alaaminnya itu.

Lalu dimana fungsi KhatamanNabiyyinnya ?
Sebagian sudah dijelaskan pada bagian atas dan diberi penambahan sedikit bahwa salah satu fungsi KhatamanNabiyyin-nya itu adalah sebagai satu-satunya pemberi contoh teladan yang sesuai dengan nilai-nilai keTuhanan yang mana didalam dirinya telah melebur seluruh sifat-sifat para Nabi dan Rasul sebelum beliau.

Tidak ada lagi tokoh yang mampu dan berhak menjadi panutan kecuali Rasulullah Saw.
Karenanya Muhammad sebagai penutup para pemberi contoh yang paling baik, sebagai penutup garis kenabian, sebagai KhatamanNabiyyin yang Rahmatan Lil 'Alaamin.

Bagaimana dengan para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah diberbagai belahan bumi lainnya disemesta raya ? Apakah mereka harus mengakui kenabian Muhammad sebagai Nabi terakhir planet bumi kita ?

Saya jawab ... benar !
Sebab seperti kata beliau Saw sendiri, semua Nabi adalah bersaudara, mengajarkan agama atau risalah yang sama, yaitu Tauhid, Tiada Ilah yang patut disembah kecuali Ilah yang namanya ALlah yang Maha Esa dalam segala bidang-Nya.

Masing-masing Nabi dan Rasul telah diberikan tanda atau petunjuk oleh Allah mengenai kedatangan Muhammad Saw selaku Nabi penutup [QS. 2:146], hal ini bisa dibuktikan melalui berbagai temuan para ahli kitab, ahli manuskrip dan juga ahli Qur'an sekarang ini.

Bahwa Nabi Adam telah diberi penjelasan segala sesuatunya oleh Allah itu tercantum dalam AlQur'an [2:37 dan lainnya] dan terlepas dari kontroversial palsu-tidaknya Injil Barnabas disanapun dijelaskan bahwa pada mula pertama Adam diciptakan beliau telah melihat 2 khalimah syahadat yang merupakan kesaksian akan kedatangan Muhammad Saw [maaf, saya pribadi meragukan jika kitab Injil Barnabas ini benar, karena terlalu banyak kejanggalannya].

Dalam Bible masa kini dinyatakan pada Ulangan 18:18 dan Ulangan 33:1-2 mengenai pengakuan Musa as atas kedatangan Muhammad Saw, juga pada Injil Yohanes 1:19-25 tentang penolakan Isa ALmasih atas klaim orang-orang Yahudi dari Jerusalem tentang Nabi yang dijanjikan Musa, juga Yesaya 41:1-4, Yohanes 16:4-15 dsb.

Dari dalam AlQur'an sendiri misalnya ayat 2:146, 7:157, 61:6 dan sebagainya.
Dari dalam Vedha didapati nama Ahmad, Kalky Autar dst.

Semua itu semakin menguatkan kedudukan Muhammad sebagai KhatamanNabiyyin-nya, dan saya yakin bahwa dalam teks asli masing-masing Kitabullah sebelumnya [yang tidak diubah dan dihancurkan oleh tangan-tangan manusia] akan didapati dengan jelas sekali kenubuatan Rasulullah Saw sebagaimana keterangan AlQur'an suci pada ayat 2:146, 6:20 dan 7:157.

Dan atas dasar ini juga saya berani mengatakan bahwa fungsi KhatamanNabiyyin Muhammad juga termuat dalam ajaran dan risalah para Nabi/Rasul yang diutus oleh Allah kepada manusia dan kaum mana saja diberbagai planet bumi semesta raya.

Mengenai umat mereka akan mengakuinya atau tidak ... itu bukan satu masalah besar.
Sesungguhnya telah berlalu para Nabi dan Rasul Allah sebelumnya yang mana mereka selalu mendapat tantangan hebat dari manusia. Muhammad tidak akan kehilangan sifat KhatamanNabiyyinnya hanya karena orang tidak mengakui kenabian dan kerasulan beliau.

Bukti-bukti sudah dijelaskan dan dianalisakan, jika masyarakat mau membantah ... silahkan saja bersama-sama kita buktikan kebenarannya nanti pada hari kemudian.

Sesungguhnya telah terpatri disemesta raya, tiada Tuhan yang patut disembah, tempat meminta pertolongan, tempat mengadu dan lain sebagainya kecuali Allah sang pencipta, tidak beranak dan tidak diperanakkan dalam arti apapun juga, Dia menguasai seluruh langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya, suci dari ikatan jasmaniah, daging, serta unsur-unsur kemakhlukan lain.

Semestapun bersaksi bahwa Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, Rasul Allah adalah benar seorang Nabi yang ummi, seorang utusan Allah yang namanya terdapat pada berbagai kitab suci Allah dan dinubuatkan oleh seluruh Nabi dan Rasul-Nya.

Tertolaklah sudah semua paham keNabian yang diucapkan secara lancang oleh manusia-manusia sesudahnya, termasuk Mirza Ghulam Ahmad pendiri Ahmadiyah, Elijah Muhammad, Lia Aminuddin pendiri Salamullah, Ahmad Mukti puteranya, Lois Farakhan, Musailamah dan sejumlah nama-nama pendusta lainnya berdasarkan Kalam Allah dan sabda Nabi-Nya.

Saya lebih bisa menerima jika ada yang mengaku sebagai Rasul ataupun Mujaddid (selama dia tetap berpijak kepada al-Qur'an, Sunnah dan logika berpikir yang benar ... tetapi apa iya yang bersangkutan tahu dirinya Rasul ?), akan tetapi jika pengakuan tersebut sudah menyerempet pada kenabian, maaf-maaf saja, tidak ada ijtihad dalam masalah tersebut, logika dan kontekstual ayat sudah jelas.

Tidak akan pernah ada lagi Nabi lama atau Nabi baru yang akan datang, baik yang membawa syariat ataupun tidak [termasuk dalam pendapat saya pribadi masalah kedatangan 'Isa yang kedua, semua Nabi sudah wafat dalam arti sebenarnya dan Nabi yang terakhir wafat adalah Muhammad].

Karena itupula, saya merasa kasihan kepada kaum Ahmadiah Qadian yang notabene menjadikan Mirza ghulam Ahmad sebagai Nabi, mereka tidak kafir dalam masalah ketuhanan tetapi mereka sudah sesat dalam urusan kenabian.

Akhirnya kepada Allah sajalah saya memohon ampun atas segala dosa dan salah, baik yang disengaja atau tidak disengaja, dan penghargaan serta penghormatan tertinggi senantiasa saya persembahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw sang Nabi penutup, reformer sejati, pintu gerbang ilmu pengetahuan dunia dan akhirat dan salam takzim juga tercurahkan untuk para keluarga dan keturunan beliau serta para sahabatnya yang mendapatkan petunjuk baik dahulu, sekarang dan yang akan datang dimanapun mereka berada.

[+/-] Selengkapnya...

Kenapa Sholat dan Haji Harus berkiblat kearah Ka’bah ?

Kenapa Sholat dan Haji Harus berkiblat kearah Ka’bah ?

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Islam adalah ajaran yang rasional, penyembahan kepada Allah semesta alam yang Maha Ghaib pada dasarnya tidak mungkin ditujukan hanya kepada satu tempat tertentu saja apalagi Allah berada dimana-mana dan selalu mengawasi setiap gerak dan diri kita.

Dan kepunyaan Allah sajalah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. – Qs. al-Baqarah 2:144

Jika halnya secara praktek dilapangan umat Islam mengarahkan sholat mereka kearah Ka’bah dimasjid al-haram itu tidak serta merta diartikan sebagai suatu simbol penyembahan pada berhala yang berupa susunan batu hitam, namun semata-mata untuk menjadikan Ka’bah itu suatu kesatuan tujuan dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Satu.

Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (ka'bah).
- Qs. al-Quraisy 106:3

Dengan demikian didalam Islam tidak terjadi perbedaan antara satu bangsa yang menganut Islam dengan bangsa lainnya yang juga menganut Islam mengenai tata cara peribadatan dan arah penghadapannya.

Kita bisa menarik kesamaan dalam kasus ini dengan Garuda Pancasila yang digunakan sebagai lambang negara kesatuan Republik Indonesia. Dimana Garuda Pancasila adalah simbol pemersatu bangsa yang memiliki aneka adat istiadat, budaya, suku dan agama sebagaimana bisa kita lihat slogan pada kaki Garuda Pancasila : Bhineka Tunggal Ika.; Tetapi apakah berarti Garuda Pancasila menjadi sesembahan bangsa Indonesia ? Tentu saja tidak, karena dia hanya sebatas simbol pemersatu semata.

Meski begitu, analogi Garuda Pancasila dan Ka’bah tadi tidak bisa disamakan dalam kasus penyembahan patung Yesus dan Bunda Maria seperti yang dijumpai dalam tradisi Kristen, karena mereka pada dasarnya memang menyembah dan meminta tolong kepada obyek yang dipatungkan itu dan mereka tidak menganggap patung-patung tersebut sebagai simbol pemersatu sebagaimana posisi Ka’bah bagi umat Islam. Dengan demikian kasus penyembahan terhadap patung seperti ini masuk dalam kategori menyembah berhala.

Adapun setiap umat sebelum kenabian Muhammad telah dinyatakan memiliki kiblat sholat masing-masing dan ini pun logis, kiblat Nabi Nuh bisa saja berbeda dengan kiblat Nabi Musa begitu seterusnya, hal ini tidak lain karena dakwah masing-masing Nabi dan Rasul sebelumnya hanya terbatas pada daerah kaumnya saja sehingga belum diperlukan adanya kesamaan arah kiblat bagi mereka semua.

Dan bagi tiap-tiap ummat ada kiblatnya dimana ia menghadap kepadanya. - Qs. al-Baqarah 2:148

Berbeda kasusnya manakala Nabi Muhammad diutus kepada semua bangsa, semua daerah dan kesetiap suku menembus adat tradisi dimasing-masing daerah. Perbedaan bisa menjadi suatu perselisihan yang besar apalagi bila perbedaan itu justru menyangkut tata cara penyembahan terhadap Tuhan. Hal ini sebenarnya pun sudah disebutkan oleh Nabi Yesaya seperti yang ada didalam alKitab :

Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN dan pujilah Dia dari ujung bumi! Baiklah laut bergemuruh serta segala isinya dan pulau-pulau dengan segala penduduknya. Hendaklah padang gurun dan segala negrinya menyaringkan suaranya, demikian pula seluruh desa yang didiami orang-orang Kedar ! – Kitab Perjanjian Lama : Yesaya pasal 42 ayat 10 s.d 11

Disini disebutkan nama Kedar (al-Ghadir), yaitu nenek moyang dari Nabi Muhammad Saw yang terlahir dari Nabi Ismail sebagai putra kedua Nabi Ibrahim as. Bahwa Allah melalui Nabi Muhammad Saw akan menyatukan seluruh Tanah Arabia, menyatukan seluruh keturunan Kedar, mempersatukan seluruh generasi Ibrahim as, bersama dengan seluruh umat manusia dari seantero dunia dalam rangkaian ibadah Haji dirumah Allah, Ka'bah, Mekkah al-Mukarromah sebagaimana terdapat dalam nubuat kitab Yesaya pasal 60 ayat ke-7:

Segala domba Kedar dikumpulkan kepadamu, segala domba jantan Nebayot dihantar akan gunamu, sekalian itu naik keatas mezbah-Ku, dipersembahkan dengan keridhoan hati, maka rumah-Ku yang mulia itu (Ka'bah) akan Ku permuliakan pula.

Penafsiran Ka'bah sebagai rumah Allah yang terdapat dalam Yesaya 60:7 diatas kita sandarkan sendiri terhadap ayat Kitab Yesaya ke-11 dalam pasal yang sama :

"Maka segala pintu gerbangmu pun akan terbuka selalu, baik siang malam tiada ia itu ditutup, supaya dibawa masuk kepadamu akan tentara orang-orang kafir dan segala rajanya pun diantar."

Ayat ke-11 ini kita tafsirkan sesuai kenyataan yang berlaku dihadapan kita, bahwa kota Mekkah al-Mukarromah dimana Ka'bah sebagai Rumah Allah senantiasa terbuka untuk orang-orang yang ingin melakukan ibadah kepada Allah, untuk orang-orang yang sadar dari segala kekafirannya, baik tua, muda, besar, kecil, rakyat hingga raja tanpa membedakan ras, suku, golongan maupun pangkat kedudukan duniawiah mereka. Seluruhnya bercampur menjadi satu umat dihadapan Allah, sebab Allah tidak akan menilai semuanya itu kecuali taqwa mereka kepada-Nya.

Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. - Qs. al-Hujuraat 49:13

Dan ketika Kami menjadikan rumah itu (yaitu Ka'bah) tempat berkumpul bagi manusia ... - Qs. al-Baqarah 2:125

Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat bagi manusia... - Qs. al-Ma'idah 5:97

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan berkendaraan yang datang dari segenap penjuru yang jauh. - Qs. al-Hajj 22:27

Kemudian pada awal kitab Yesaya pasal 42:10 disebutkan "Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN..." Suatu lagu baru adalah merupakan senandung doa pujian kepada Allah dalam bentuknya yang lain. Dalam hal ini "bentuk yang lain" yang dimaksudkan merefer pada kitab Yesaya pasal 28: 11 serta kitab Zefania pasal 3:9 yang terdapat dalam alkitab :

Maka sebab itu Dia pun akan berfirman kepada bangsa ini dengan logat yang asing dan dengan bahasa yang lain. - Kitab Perjanjian Lama : Yesaya 28:11

Tetapi pada masa itu Aku akan mengaruniakan kepada semua bangsa lidah yang suci; supaya mereka itu sekalian menyebut nama Tuhan. Melayani-Nya dalam satu persamaan. - Kitab Perjanjian Lama : Zefania 3:9

Dengan demikian, "Nyanyian baru bagi Tuhan" yang dimaksud oleh Yesaya 42:10 ini adalah doa dan pujian yang berasal dengan logat dan bahasa yang lain daripada sebelumnya yaitu diluar dari bahasa Arami maupun Ibrani yaitu bahasa Arab.

Pada saat umat Islam diseluruh dunia berseru kepada Tuhan, pada saat sholat, berhaji dan pada saat mereka saling mengucapkan salam sebagai satu bahasa kesatuan dan persatuan hidup dan kehidupan beragama sebagaimana isi ayat terakhir dari Zefania 3:9 "... melayani-Nya dalam satu persamaan."

Hendaklah semua orang yang duduk dibukit batu itu bernyanyi, biarkanlah mereka berseru-seru dari puncak bukit. Biarkanlah mereka memberikan pujian kepada TUHAN, dan memberitakan pujian yang kepada-Nya di pulau-pulau. TUHAN keluar berperang seperti pahlawan, seperti orang perang Ia membangkitkan semangat-Nya untuk bertempur; Ia bertempik sorak, ya, Ia memekik, terhadap musuh-musuh-Nya Ia membuktikan kepahlawanan-Nya." – Kitab Perjanjian Lama : Yesaya pasal 42 ayat 12 s.d. 13

Dari bukit Arafah dekat kota Mekkah, para Jemaah Haji dari seluruh pulau didunia ini setiap tahunnya datang berkumpul bersama dan berseru:

Labbaykallahumma Labbayk
Labbayka laa syariikalaka labbayk
Innal hamda wan ni'mata laka walmulk
La syariikalaka

Yang artinya : Aku sambut panggilanmu, Ya Allah;
Aku sambut panggilan-Mu;
Aku sambut panggilan-Mu, Tiada sekutu bagi-Mu;
Aku sambut panggilan-Mu;
Sesungguhnya segala puji dan kenikmatan serta segenap kekuatan adalah milik-Mu, Tiada sekutu bagi-Mu.

Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya, mengalahkan semua dakwah keberhalaan manusia, memenangkan risalah para Nabi-Nya dari seluruh kejahatan, membuktikan kebesaran-Nya dihadapan para musuh-Nya.

Karena sesungguhnya kegelapan menudungi bumi dan dalam kelam kabut menudungi segala bangsa, sementara Tuhan telah terbit atas kamu dan kemuliaan-Nya pun bersinar kepadamu. Maka segala orang kafir pun akan datang kepada terangmu dan segala raja-raja pun kepada cahaya yang sudah terbit bagi kamu – Kitab Perjanjian Lama : Yesaya pasal 60:2-3

Ini juga kiranya bisa menjadi sandaran didalam dunia Fiqih modern kenapa sholat itu harus dalam bahasa Arab, Islam itu agama yang mementingkan persatuan, mulai dari paham kesatuan Tuhannya (monotheisme/Tauhid) dan bersatu juga dalam perbedaan.

Tatkala orang Bugis berada di Padang misalnya, dia akan mudah membaurkan dirinya dalam jemaah sholat dimasjid manapun tanpa harus khawatir tata cara sholatnya berbeda dengan mereka, tanpa perlu pula khawatir bahasa yang dipergunakan didalam sholat berbeda. Demikianlah salah satu hikmah yang bisa kita kemukakan perihal keharusan sholat dan haji itu menghadap kearah Ka’bah dan kenapa juga sholat harus dalam bahasa Arab.

[+/-] Selengkapnya...

Sejarah Shalat ...

SEJARAH SHOLAT

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Dirikanlah sholat, sungguh ini merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman

- Qs. 4 an-nisaa’ :103- 104

Hai orang-orang yang beriman, Ruku’ dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu ; Berbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan - Qs. 22 al-hajj : 77

Istilah Sholat berasal dari kata kerja Shalaah (yang menyatakan suatu perbuatan) dan orang yang melakukannya disebut Mushallin, sementara pusat tempat melakukannya disebut Musholla.

Kecuali bagi orang yang mushollin (yang mengerjakan sholat)

– Qs. 70 al-Ma’arij : 22

Jadikanlah sebagian dari maqam Ibrahim itu musholla (tempat sholat)

– Qs. 2 al-Baqarah: 125

Sholat merupakan suatu perbuatan memuliakan Allah yang menjadi suatu tanda syukur kaum muslimin sebagai seorang hamba dengan gerakan dan bacaan yang telah diatur khusus oleh Nabi Muhammad Saw yang tidak boleh dirubah kecuali ada ketentuan-ketentuan yang memang memperbolehkannya[1].

Perintah sholat sendiri sudah harus diperkenalkan sejak dini kepada generasi muda Islam agar kelak dikemudian hari mereka tidak lagi merasa canggung, malu atau malah tidak bisa melakukannya.

Dari Amer bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya, berkata :

Rasulullah Saw bersabda: ‘Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan sholat disaat mereka berumur 7 tahun dan pukullah mereka jika tidak mengerjakannya saat mereka berumur 10 tahun’

- Hadis Riwayat Ahmad dan abu daud



Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat ; dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya - Qs. 20 thaahaa: 132

Dari Hadis kita mendapati bahwa mendirikan sholat sudah ditekankan mulai umur 7 tahun dan bila sampai usia 10 tahun belum juga melaksanakannya maka kita seyogyanya mulai diberi penegasan berupa pukulan sampai mereka mau mendirikannya. ; Tentu pukulan yang dimaksud disini tidak dengan tujuan menyakiti apalagi sampai pada tingkat penganiayaan, namun sekedar memberi pengajaran dan peringatan agar mau dan tidak malas untuk sholat. Bukankah secara paradoks siksa Allah jauh lebih keras dari sekedar pukulan yang kita berikan dalam rangka menyayangi anak-anak kita dan menghindarkan mereka dari azab Allah ?

Jagalah dirimu dari hari dimana seseorang tidak dapat membela orang lain walau sedikitpun dan hari tidak diterima permintaan maaf serta tidak ada tebusan baginya dan tidaklah mereka akan ditolong

Qs. 2 al-Baqarah : 48

Namun al-Quran juga disatu sisi tidak menjelaskan secara detil sejak kapan dan bagaimana teknis pelaksanaan Sholat yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Meski demikian al-Quran secara tegas menyatakan bahwa Sholat sudah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, seperti perintah Sholat kepada Nabi Ibrahim dan anak cucunya[2], kepada Nabi Syu’aib[3], kepada Nabi Musa[4] dan kepada Nabi Isa al-Masih[5]. Pernyataan al-Qur’an tersebut dibenarkan oleh cerita-cerita yang ada dalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang mengisahkan tata cara beribadah para Nabi sebelum Muhammad yaitu ada berdiri, ruku dan sujud yang jika dirangkai maka menjadi Sholat seperti Sholatnya umat Islam.

Segeralah Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah

Perjanjian Lama – Kitab Keluaran 34:8

Masuklah, marilah kita sujud menyembah,

berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.

Perjanjian Lama – Kitab Mazmur 95:6

Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah

Perjanjian Lama – Kitab Yosua 5:14

Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah,

dengan mukanya di antara kedua lututnya

Perjanjian Lama – Kitab I Raja-raja 18:42

Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan,

lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN kepada mereka.

Perjanjian Lama – Kitab Bilangan 20:6

Kemudian ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya

lalu ia berlutut dan berdoa - Perjanjian Baru – Injil Lukas 22:41

Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa

- Perjanjian Baru – Injil Markus 14:35

Dari kenyataan ini, maka jelas bagi umat Islam bahwa Sholat sudah menjadi suatu tradisi dan ajaran yang baku bagi semua Nabi dan Rasul Allah sepanjang jaman, sebagaimana firman-Nya :

Sebagai ketentuan Allah yang telah berlaku sejak dahulu, Kamu sekalipun tidak akan menemukan perubahan Bagi ketentuan ALLAH itu

- Qs. 48 al-fath: 23

Kisah perjalanan Nabi Muhammad mengarungi angkasa raya yang disebut dengan istilah Isra’ dan Mi’raj yang menceritakan awal diperintahkannya Sholat kepada Nabi Muhammad sebagaimana terdapat dalam beberapa hadis yang dianggap shahih atau valid oleh sejumlah ulama secara logika justru mengandung banyak ketidaksesuaian dengan fakta sejarah dan ayat-ayat al-Quran sendiri.

Menurut hadis, Isra’ dan Mi’raj terjadi sewaktu Khadijah, istri pertama Rasulullah wafat, dimana peristiwa ini justru menjadi salah satu hiburan bagi Nabi yang baru ditinggalkan oleh sang istri tercinta dan juga paman beliau, Abu Thalib dimana tahun ini disebut dengan tahun duka cita atau aamul ilzan[6].

Sementara sejarah juga mengatakan bahwa jauh sebelum terjadinya Isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad dipercaya telah melakukan Sholat berjemaah dengan Khadijjah sebagaimana yang pernah dilihat dan ditanyakan oleh Ali bin abu Thalib yang kala itu masih remaja[7].

Logikanya perintah Sholat telah diterima oleh Nabi Muhammad bukan saat beliau Isra’ dan Mi’raj namun jauh sebelum itu, apalagi secara obyektif ayat al-Qur’an yang menceritakan mengenai peristiwa Mi’raj sama sekali tidak menyinggung tentang adanya pemberian perintah Sholat kepada Nabi.[8] ; Pada kedua surah tersebut hanya menekankan cerita perjalanan Nabi tersebut dalam rangka menunjukkan sebagian dari kebesaran Allah dialam semesta sekaligus merupakan kali kedua bagi Nabi melihat wujud asli dari malaikat Jibril setelah sebelumnya pernah beliau saksikan saat pertama mendapat wahyu di gua Hira.

Selain itu, diluar hadis Isra’ dan Mi’raj yang menggambarkan Nabi memperoleh perintah Sholat pada peristiwa tersebut, Imam Muslim dalam musnadnya ada meriwayatkan sebuah hadis lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan cerita Mi’raj namun disana menjelaskan bagaimana Nabi mempelajari Sholat dari malaikat Jibril.

Dari Abu Mas’ud r.a. katanya : Rasulullah Saw bersabda : turun Jibril, lalu dia menjadi imam bagiku Dan aku sholat bersamanya, kemudian aku sholat bersamanya, lalu aku sholat bersamanya dan aku sholat bersamanya dan aku sholat bersamanya Nabi menghitung dengan lima anak jarinya - Hadis Riwayat Muslim[9]

Jika demikian adanya, bagaimana dengan kebenaran hadis yang dipercaya oleh banyak orang bahwa perintah Sholat baru diperoleh Nabi sewaktu isra’ dan mi’raj ?

Mungkin kedengarannya ekstrim, tetapi meragukan atau malah menolak keabsahan validitas hadis-hadis tersebut bukanlah perbuatan yang tercela apalagi berdosa, dalam hal ini kita tidak menolak dengan tanpa dasar yang jelas, para perawi hadis tetaplah manusia biasa seperti kita adanya, mereka juga bisa salah baik disengaja apalagi yang tanpa mereka sengaja atau sadari, adalah kewajiban kita untuk melakukan koreksi jika mendapatkan kesalahan pada riwayat hadis yang mereka lakukan tentunya dengan tetap menjaga kehormatannya dan berharap semoga Allah mengampuni kesalahannya.

Beberapa kejanggalan variasi cerita Isra’ dan Mi’raj diantaranya sebut saja kisah Nabi Muhammad dan Buraq ketika berhenti di Baitul maqdis dan melakukan sholat berjemaah didalam masjidil aqsha bersama arwah para Nabi sebelumnya, padahal sejarah mencatat bahwa masjid al-aqsha baru dibangun pada masa pemerintahan Khalifah umar bin khatab tahun 637 masehi saat penyerbuannya ke Palestina yang mana notabene saat itu Nabi Muhammad sendiri sudah cukup lama wafat, beliau wafat tahun 632 masehi.

Cerita sholatnya Nabi Muhammad dan para arwah inipun patut mengundang pertanyaan, sebab Nabi sudah melakukan sholat (menurut hadis itu malah raka’atnya berjumlah 2) sehingga pernyataan Nabi menerima perintah Sholat saat Mi’raj sudah bertentangan padahal kisah ini terjadi detik-detik sebelum mi’raj itu sendiri.

Belum lagi cerita sholatnya para arwah Nabi pun rasanya tidak bisa kita terima dengan akal yang logis, masa kehidupan mereka telah berakhir sebelum kelahiran Nabi Muhammad dan mereka sendiri sudah menunaikan kewajiban masing-masing selaku Rasul Allah kepada umatnya, perlu apa lagi mereka yang jasadnya sudah terkubur didalam tanah itu melakukan sholat ?

Setelah selesai sholat berjemaah, lalu satu persatu para arwah Nabi dan Rasul itu memberi kata sambutannya … sungguh suatu hal yang terlalu mengada-ada, karena jumlah mereka ada ribuan yang berasal dari berbagai daerah dibelahan dunia ini, baik yang namanya tercantum dalam al-Quran ataupun tidak[10], berapa lama waktu yang habis diperlukan untuk mengadakan kata sambutan masing-masing para arwah ini ?

Jika dimaksudkan agar semua Nabi dan Rasul itu bertemu dan bersaksi mengenai kebenaran Muhammad, ini dibantah oleh al-Quran sendiri yang menyatakan bahwa pada masa kehidupan mereka dan pengangkatan mereka selaku Nabi dan Rasul, Allah telah mengambil perjanjian dari mereka mengenai akan datangnya seorang Rasul yang membenarkan ajaran mereka sebelumnya lalu terdapat perintah tersirat agar mereka menyampaikan kepada umatnya masing-masing :

Dan ketika Allah mengambil perjanjian terhadap para Nabi :

‘Jika datang kepadamu Kitab dan Hikmah, lalu datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa-apa yang ada tentang diri kamu, hendaklah kamu imani ia secara sebenarnya.’ ; Dia bertanya : ‘Sudahkah kalian menyanggupi dan menerima perjanjian-Ku tersebut ?’ ; Mereka menjawab : ‘Kami menyanggupinya !’ ; Dia berkata : ‘Saksikanlah ! dan Aku bersama kamu adalah dari golongan mereka yang menyaksikan !’

- Qs. 3 ali imron: 81

Puncak kemustahilan cerita dari hadis-hadis mi’raj adalah saat Nabi Muhammad diberitakan telah bolak balik dari Allah ke arwah Nabi Musa untuk penawaran jumlah sholat yang semula 50 kali menjadi 5 kali dalam sehari semalam, apakah sedemikian bodohnya Nabi Muhammad itu sehingga dia harus diberi saran berkali-kali oleh arwah Nabi Musa agar mau meminta keringanan kepada ALLAH sampai 9 kali pulang pergi ?

Tidakkah kekurang ajaran arwah Nabi Musa dalam cerita tersebut dengan menganggap Allah juga tidak mengerti akan kelemahan dan keterbatasan umat Nabi Muhammad sebab tanpa dipikir dulu telah memberi beban kewajiban yang pasti tidak mampu dikerjakan oleh mereka sehingga arwah Nabi Musa itu harus turut campur memberi peringatan kepada Allah dan Nabi Muhammad lebih dari sekali saja sebagai suatu indikasi israiliyat (hadis buatan orang-orang Israel atau Yahudi yang sengaja dibuat untuk tetap memuliakan Nabi Musa diatas yang lain) ?

Apakah hadis-hadis yang demikian ini masih akan diterima dan dipertahankan hanya untuk mempertahankan dalil turunnya perintah Sholat, sementara al-Qur’an sendiri yang nilai kebenarannya sangat pasti justru tidak berbicara apa-apa tentang hal tersebut ?

Tidak diragukan bahwa Nabi Muhammad pernah melakukan Isra’ dan Mi’raj karena hal ini ada didalam al-Quran dan bisa dianalisa secara ilmiah, tidak perlu diragukan pula bahwa Sholat merupakan salah satu kewajiban utama seorang muslim sebab inipun banyak sekali ayatnya didalam al-Quran dan hadis-hadis lain, bahkan sholat merupakan tradisi yang diwariskan oleh semua Nabi dan Rasul dalam semua jamannya. Hanya saja itu tidak berarti kaum muslimin bisa menerima semua riwayat hadis yang isinya secara jelas mempunyai pertentangan dengan al-Quran dan logika, sehingga akhirnya hanya akan menyerahkan akal pada kebodohan berpikir, padahal Allah sendiri mewajibkan manusia untuk berpikir dan berdzikir didalam membaca ayat-ayat-Nya.

[1] Misalnya jika sakit boleh sholat dengan cara duduk, berbaring hingga hanya dengan kedipan mata saja

[2] Lihat surah 21 al-anbiya ayat 73 dan surah 19 Maryam ayat 55

[3] Lihat surah 11 Huud ayat 87

[4] Lihat surah 20 Thaahaa ayat 14

[5] Lihat surah 19 Maryam ayat 31

[6] Drs. Abu Ahmadi, Mutiara isra’ mi’raj, Penerbit Bumi Aksara, hal. 27

[7] Muhammad Husain Haekal , Sejarah Hidup Muhammad, edisi besar, Penerbit Litera antarNusa, 1998, hal. 87 – 88

[8] Lihat surah 17 al-israa ayat 1 dan surah 53 an-najm ayat 13 s/d 18

[9] Fachruddin HS, Terjemah Hadits Shahih Muslim III, Bagian ke-26, Waktu Sembahyang Fardu dan Kiblat, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hal. 170

[10] lihat surah 40 al-mu’min: 78 dan surah. 17 al-israa’: 15

[+/-] Selengkapnya...

Benarkah saat ini nabi Isa as. berada di surga sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Nashrani?

Benarkah saat ini nabi Isa as. berada di surga sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Nashrani?



Jawab:



Di dalam al-Qur`an, Allah swt. telah menyebutkan, bahwa sesungguhnya Dia telah mengangkatnya dari bumi dan membawa Isa as. kepada-Nya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman­Nya yang artinya,



"(Ingatlah), ketika Allah berfirman, "Hai `Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya." (QS. Ali Imran (3) : 55),

dan di dalam firman-Nya yang artinya, "Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. an-Nisaa` (4) : 158)



Nabi Isa as. berada di langit ke dua bersama saudara sepupunya, Yahya ibnu Zakariya. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam hastis tentang isra` Rasulullah saw., yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas, di dalam kitab shahihnya. "



"Dan ketika Isa as. telah diangkat ke langit, maka ia pun berubah menjadi seperti para Nabi lainnya, yang telah diangkat terlebih dahulu ke langit oleh Allah swt. "



Rasulullah saw. mendapati mereka ketika Rasulullah melakukan Mi'raj ke semua lapisan langit. Di langit lapis pertama, Rasulullah saw. bertemu dengan nabi Adam. Di langit lapis kedua, Rasulullah saw. bertemu dengan nabi Yahya dan Isa. Di langit lapis ketiga, Rasulullah saw. bertemu nabi Yusuf, di langit lapis keempat, Rasulullah saw. bertemu nabi Idris. Dilangit lapis kelima, Rasulullah saw. bertemu nabi Harun. Di lapis langit keenam, Rasulullah saw. bertemu nabi Musa dan di langit lapis ketujuh, Rasulullah saw. bertemu Ibrahim. Dan nabi-nabi yang lainnya tidak di sebut-sebut. 101



Al-Hafiz Ibnu Hajar dalam kitabnya yang berjudul al-fathu al­Bari mengatakan, "yang dimaksud dengan para nabi tersebut ialah arwah mereka karena jasad mereka sudah dikebumikan di dunia. Berbeda dengan Isa yang jasadnya diangkat oleh Allah ke langit.102 Barangkali setelah diangkat ke langit oleh Allah, Isa masih tetap hidup seperti malaikat yang tidak membutuhkan makan, minum dan lain sebagainya. Dan ia juga tidak mengenal usia, kelak jika Isa sudah turun kembali kedunia, ia akan kembali pada kehidupannya sebelum diangkat ke langit. Artinya, Isa seperti manusia alinnya yang butuh makan, minum dan lain sebagainya. Mengenai ucapan orang-orang Nasrani, bahwa Isa ada di suraga adalah bohong. Bedasarkan apa yang telah di kemukakan dalam riwayat hadits shahih tadi dan juga hadits-hadits lainnya yang menyatakan bahwa, Isa berada di langit kedua. Padahal kita mengetahui bahwasanya surga itu berada di puncak iliyyin, yaitu di atas langit lapis ketujuh. Wallahu a'lam.








101. Diriwayatkan Bukhari, no. 349, kitab Shalat, Bab "Bagaimana shalat difardhukan pada malam Isra"', Hadits dari Anas bin Malik ra. Diriwayatkan Muslim no. 259, Kitab Iman, Bab " Isra Rasulullah saw.ke langit dan diwajibkannyua shalat".Hadits dari Anas bi Malik ra. Diriwayatkan Ahmad dalam al-Musnad, III/148,14 9, hadits dari Anas bi Malik ra.

Di sini harus ditegaskan bahwa riwayat-riwayat yagn menyebutkan tentang tempat masing-masing nabi di (angit satu dengan yang lain tidak sama. Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al Fatawa IV/328 menuturkan, bahwa para nabi yang dilihat Rasulullah saw. pada malam mi'arj adalah arwah mereka yagn dijelmakan secara fisik.

102. Isa putera Maryam masih hidup dan belum meninggal dunia. la juga tidak pernah dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Yang mereka bunuh itu adalah orang yagn diserupakan dengan Isa, setelah jiwa dan raga Isa sendiri diangkat ke langit oleh Allah. Sekarang al-Masih masih berada di langit. Lihat Fatawa al-Lajnah ad Da'imah bi al Mamlakah al-Arabiyah al-Sa'udiyah, III/222

[+/-] Selengkapnya...

Followers

 

Pencarian kata

powered by Answers.com

Hamba Allah

Foto Saya
Kurniawan Bogo Yustanto
Kubukan Seorang Penulis Maupun Seorang Ustadz atau Kyai, Diriku hanya seseorang Yang Mencoba Untuk Bisa Saling Berbagi Mengenai Agama Islam yang Sempurna ini. Seluruh isi Artikel di Blog ini bebas Etika Copy/Paste. Diperbolehkan COPY seluruh isi blog ini. Karena begitu indahnya berbagi ilmu dan mencoba untuk berdakwah :) Indahnya Kebersamaan Dalam Islam
Lihat profil lengkapku

Ajang Silaturohim :

Jadwal Shalat Kota Semarang